Speechless by The Team BX Rhythm : Indra 437
Speechless beberapa jam. Tak sedikit pun respon dari saya dengan percakapan teman-teman di beberapa WAG hari itu. Saya tidak percaya dan tetap tidak percaya. Beberapa hari sebelumnya kami masih saling kontak. Almarhum minta dikirimkan mie instan, UC 1000 2 botol, roti tawar, dan diantarkan pakai Gosend saja, pintanya agar tidak merepotkan. Seumur-umur almarhum tidak pernah begini ke saya. Sore itu juga saya kirimkan permintaannya setelah almarhum telepon dan cerita bahwa dia sedang sakit dan kepengen makan semua yang ia sebutkan tadi. Setengah jam setelahnya almarhum telepon lagi ke saya dengan gembiranya karena keringatan makan mie instan dan berharap penyakitnya juga ikut keluar. Saya meng-amini dan senang juga karena tiba-tiba almarhum jadi semangat dan sudah rencana ke studio (BX Rhythm-Red) katanya.
Semangat besar almarhum terhenti karena esok harinya harus masuk RS. Baru sehari di RS, ada permintaannya untuk dijenguk kawan-kawan dari Suara Celebes FM dengan pesannya tidak usah bawa apa-apa yang penting datang. Itu yang almarhum sampaikan pada putrinya, Andrea. Memang saat itu almarhum sudah mulai kesulitan makan tetapi kami menyemangatinya dan selalu mengingatkan agar
makan yang banyak supaya kondisi tubuh membaik untuk proses pengobatan selanjutnya. Almarhum sudah berkeras untuk mengikuti saran kami tapi tubuhnya sudah menolak makanan. Yang bisa hanya melalui infus. Itu perjumpaan saya yang terakhir meskipun sehari sebelum wafatnya saya janjian Kak W2 untuk menjenguknya. Kenyataan berkata lain. Kak Fian menghadap Sang Pencipta pada Rabu, 24 Februari 2021 jelang subuh pukul 04.00 WITA.
Banyak kenangan, banyak cerita di setiap interaksi saya dengan almarhum. Sebagai teman, sahabat, sesekali jadi guru, dan pimpinan saya di SCFM hingga rasa persaudaraan sampai akhir hayat almarhum tidak ada sedikitpun perubahan sejak awal saya mengenalnya. Almarhum Kak Fian yang menyenangkan, suka bercanda tetapi tegas ketika meeting di kantor sampai pada kerja profesionalnya yang diperlihatkan ketika almarhum menjadi GM di radio SCFM. Kalau ada ‘bagi2′ semua teman-teman dapat meskipun hanya sebagai penggembira. Suka makan dan tidak tanggung-tanggung dengan banyaknya makanan yang dihidangkan karena semua dapat jatah dan tidak pas-pasan. Perbedaan pendapat sebagai dinamika kerja beberapa kali terjadi dan berakhir dengan diam-diaman (bombe’ (senyumin ahhhh-Red) paling lama 2 hari). Tapi kondisi itu tidak berlangsung lama karena almarhum pasti lebih dulu menyapa saya di ruang siar meskipun sekedar ‘say hi’ dan suasana cair kembali.
Itulah Kak Fian. Salah satu orang baik yang saya kenal.
RIP Kak Fian… Selamat jalan. Kami akan selalu merindukanmu. Semoga Tuhan mengampuni segala kekhilafanmu di dunia dan menempatkanmu di sisi terbaikNya.
Feel Rasa Fian by Crew : Bravo Kinan
Tahun 1986 Om W2 menguji tes siaranku. Dengan langkah PD aku masuk ruang. Fian melihatku, meneliti figurku dari atas ke bawah. Lalu dia bilang : ‘Ini lagu ko putar mi.’ Sambil dia menyerahkan 3 kaset untuk uji coba siaranku.
Feel rasa Fian terbukti. Dengan melihatku saja, dia tahu selera laguku padahal belum pernah ketemu.
Kaset itu dari album Michael Frank. Lagu berjudul : Monkey See Monkey Do. Kuputar diuji siaran itu.
Di luar sana aku lihat W2 menunduk. Sejak itu aku tahu ; W2 kalau menunduk itu, berpikir.
Feel rasa Fian berkesan friendly. That’s what Friends are for.
Ballada seorang Fian by Crew : Wasty
Kalau saya mendengar lagu The Ballad of Yoko and Ono punya The Beatles, pasti saya ingat Fian.
Soalnya ini paling suka dinyanyikan Fian kalau tampil mewakili Bayurekhsa Band di Festival-festival Rock yang ramai di era 80an.
Kesan by Sponsor : Warung Limboto
Baru sebulan kenal Fian, seakan-akan sudah kenal 20 tahun. Seorang yang baik dan bertanggung jawab.
Selamat jalan, Sahabat. Semoga engkau mendapatkan tempat terindah di sisi Tuhan. Aamiin…
Peristiwa by Crew : Tiko DBY 347
Siapa yang ingat kita semua dibawa ke toko kaset oleh Boss W2 terus disuruh pilih masing-masing kasetnya. What a wonderful Boss he was… Semua bahagia pada waktu itu apalagi almarhum (Fian) sampai kami berbagi sesuai aliran (tertawa lepas…) supaya nanti bisa disusun di lemari kaset. Bahagia yang tak pernah terlupakan untuk anak penyiar ketika belanja kaset.
Dihubungi lagi by Crew : Dedi Rekhsa
Belum cukup sebulan kita berkomunikasi dan membahas tentang tulisan BX Rhythm dan gambar Earphone yang kita diskusikan melalui chat WA. Inilah yang engkau sukai. Setelah itu tidak ada lagi tegur sapamu, Saudaraku. Rupanya engkau terbaring lemah dan dirawat di RS hingga menghembuskan nafas terakhirmu.
Selamat jalan, Saudaraku. Semoga engkau tenang di alam sana. Aamiin…
KENANGAN by Crew : Tias Anggoro
Alfian Arief aka Dani Mardiansyah aka Fian Renaldi adalah salah satu penyiar idolaku saat SMP, menjadi mentor sekaligus role model semasa siaran di BX. Menjadi kawan senasib pindah-pindah radio ketika hijrah ke Jakarta (sempat nonton Java Jazz di JIExpo).
Terakhir ketemu di 2017, kami makan siang bareng Michael, Lisa Manoempil, dan Angga.
Akhir Januari lalu, kami masih kontak dan bertukar pikiran tentang prospek radio online. Semangatnya luar biasa.
Selamat jalan guruku …
SANG PETARUNG Dan ANNOUNCER LEGENDARIS by Crew : Yos Irawan
Kabar kepergianmu, Rabu 24 Feb. 2021 tentu saja mengagetkan semua kolegamu. Engkau adalah sosok periang dan petarung di dunia penyiaran di era 80/90. Kehadiranmu di dunia broadcasting hingga ajal datang menjemputmu teramat banyak jasa dan buah karya yang telah kau tinggalkan bahkan terukir kenangan yang tak terlupakan di berbagai radio unggulan di kota Makassar.
Engkau adalah sahabat yang baik, murah senyum, tidak pernah marah, dan keseharianmu hanya banyak tertawa baik di dalam menjalankan tugas maupun di saat kongkow dengan kawan-kawan di warung kopi. Tidak heran kalau sesama penyiar pun memberimu gelar sebagai penyiar yang bertalenta yang punya segudang ide dan gagasan dalam memuaskan para pendengar termasuk membesarkan satu radio penyiaran. Maka tak heran jika julukan announcer legendaris pun tertancap di pundakmu, Sahabat.
Kini kau telah pergi menuju tujuan akhir dari segalanya. Namun suara khasmu sebagai seorang penyiar besar yang banyak menggunakan kata dan bahasa yang menarik itulah seakan menukil alam sekitar dengan meninggalkan sejuta makna yang tak terlupakan mengiringi langkahmu menuju hadirat Ilahi bersama doa sahabat-sahabatmu.
Dalam In Memoriam ini perkenankan saya menitip puisi sebagai wujud persahabatan sesama mantan penyiar :
HARI PUN TIBA
Hari pun tiba. Kita berkemas, senantiasa. Kita berkemas sementara jarum melewati angka-angka
Kau pun menyapa : ke mana kita tiba-tiba terasa musim mulai menanggalkan daun-daunnya, tiba-tiba terasa kita tak sanggup menyelesaikan kata, tiba-tiba terasa bahwa hanya tersisa gema
Sewaktu hari pun merapat, jarum jam sibuk membilang ssat-saat terlambat
Selamat jalan sahabatku…
Terlalu banyak pesan dan kesan yang hendak kusampaikan namun tak kuasa ku berkata lagi kecuali : ‘Bung Fian Renaldi… Semoga Tuhan mengampuni segala dosa dan khilafmu. Dan keluarga yang ditinggalkan dapat diberikan kesabaran dalam menrima takdir ini. Aamiin …’
Sajak untuk Fian Renaldi by Crew : Ari Bayu
Sutradara kehidupan menentukan sesiapa yang harus bermain di pentas dunia ini, dan siapa yang harus berhenti sebagai pelakon…
Ada masa di mana kita telah ditentukan olehNya. Masa itu telah tiba bagimu, Sahabatku
Aku yakin jalanmu ke sana dalam genggaman cahaya kebaikanmu pada sahabat dan kerabatmu
Aku dan kami semua kusyuk dalam doa untukmu
Semoga ada tempatmu di sisi Tuhan… Aamiin
PESAN by Crew : Arismunandar AK
Innalillahi wa-innailaihi rojiun… Telah meninggal dunia saudara kita, Fian Renaldi
Kepada engkau yang kami sayangi by The Team BX Rhythm
‘Tiada kata yang bisa mewakili perasaan kehilangan kami. Terlalu dalam duka kami… Tak ada kata yang bisa mewakili cita kami bahwa kita bersama-sama mewujudkan mimpi, meyakinkan orang-orang bahwa radio adalah tempat kehidupan diceritakan, tempat mimpi digambarkan, tempat asa tak berkesudahan …
Selamat mendengarkan siaran kami dari duniamu. Selamat mengritisi kami dari alammu. Sosokmu hanya takkan memasuki pintu studio itu lagi tetapi kami tahu, kita saling mendengarkan. Sebab kita berbicara dan saling mendengarkan melalui hati.’
Ada yang teramat berat di hati kala mengucapkan : ‘Selamat jalan, Fian. Kami ikhlas kau menghadapNya.’